ASAL USUL SEJARAH KOTA SURABAYA (JAWA TIMUR)
Menurut cerita yang beredar dimasyarakat, asal usul nama Surabaya berasal
dari cerita mitos masyarakat yaitu pertempuran antara sura (ikan hiu)
dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Kota Surabaya merupakan
kota terbesar kedua di indonesia setelah Kota Jakarta. Surabaya sebagai
ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan jumlah penduduk
metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Surabaya merupakan pusat
bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia
timur.
Surabaya juga
terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat
diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia
dari penjajah. Secara geografis, Kota Surabaya terletak di tepi pantai
utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di
Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik
di Barat. Berikut ini dapat kita pelajari tentang sejarah kota Surabaya dari sebelum kedatangan belanda, zaman hindia belanda hingga pertempuran mempertahankan Surabaya.
- Sejarah Kota Surabaya Sebelum Kedatangan Belanda
Pada abad ke-15,
Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota
wali sanga, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di daerah
Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kesultanan Demak.
Menyusul
runtuhnya Demak, Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram:
diserbu Panembahan Senopati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh
Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, diserang Sultan Agung tahun
1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa
Surabaya menyerah. Tahun 1675, Trunojoyo dari Madura merebut Surabaya,
namun akhirnya didepak VOC pada tahun 1677.
Dalam perjanjian antara Paku Buwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada VOC.
- Serajah Kota Surabaya pada Zaman Hindia Belanda
Sebelum tahun
1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja.
Sampai tahun 1920-an, tumbuh pemukiman baru seperti daerah Darmo,
Gubeng, Sawahan, dan Ketabang. Pada tahun 1917 dibangun fasilitas
pelabuhan modern di Surabaya.
Tanggal 3
Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret
1942, Jepang berhasil merebut Surabaya. Surabaya kemudian menjadi
sasaran serangan udara Sekutu pada tanggal 17 Mei 1944.
- Sejarah Kota Surabaya, Pertempuran Mempertahankan Surabaya
26 Oktober 1945,
tercapai persetujuan antara Bapak Suryo, Gubernur Jawa Timur dengan
Brigjen Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus
menyerahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi salah pengertian antara
pasukan Inggris di Surabaya dengan markas tentara Inggris di Jakarta
yang dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
27 Oktober 1945,
jam 11.00 siang, pesawat Dakota AU Inggris dari Jakarta menjatuhkan
selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indonesia dan
milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan tentara dan milisi
Indonesia marah waktu membaca selebaran ini dan menganggap Brigjen
Mallaby tidak menepati perjanjian tanggal 26 Oktober 1945.
28 Oktober 1945,
pasukan Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya.
Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar
Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor
Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan
perdamaian.
29 Oktober 1945,
Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir
Syarifuddin Harahap bersama Mayjen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk
berunding.
Pada siang hari,
30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang ditanda-tangani oleh Presiden
RI Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian
tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris
akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan ke 3
pimpinan RI meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.
Pada sore hari,
30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan
Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat
mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan
merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah
mengepung gedung Internatio.
Karena mengira
komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang
dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk
membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki
tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak.
Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah
milisi Indonesia, tetapi meleset dan malah jatuh tepat di mobil Brigjen
Mallaby.
Granat meledak
dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas.
Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar
pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak
oleh milisi Indonesia.
Letjen Sir Philip
Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby dan
mengerahkan 24000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.
9 November 1945,
Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan
milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak
diindahkan.
10 November 1945,
Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus
menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI
dan salah seorang penumpang Brigadir Jendral Robert Guy Loder-Symonds
terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
20 November 1945,
Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit
tewas. Lebih dari 20000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya
tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
Pertempuran ini
merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan
Inggris pada dekade 1940an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan
Bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Karena sengitnya
pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah
pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan
digantikan oleh pasukan Belanda. Pertempuran tanggal 10 November 1945
tersebut hingga sekarang dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.
0 comments:
Post a Comment